Langsung ke konten utama

Kamar Puspa Langka: Pengalaman Menginap 360° Di Puspa Jaya Backpacker

Kamar Puspa Langka: Pengalaman Menginap 360° di Puspa Jaya Backpacker Di tengah hiruk pikuk kota, tersembunyi sebuah tempat yang menawarkan pengalaman menginap yang unik dan tak terlupakan. Puspa Jaya Backpacker, sebuah hostel yang terletak di jantung kota Jakarta, menghadirkan Kamar Puspa Langka, sebuah kamar dengan pemandangan 360° yang memukau. Kamar Puspa Langka terletak di lantai paling atas Puspa Jaya Backpacker, dengan jendela-jendela besar yang mengelilingi seluruh ruangan. Dari jendela-jendela tersebut, Anda dapat menikmati pemandangan kota Jakarta yang menakjubkan, mulai dari gedung-gedung pencakar langit hingga lalu lintas yang ramai. Kamar Puspa Langka didesain dengan gaya minimalis dan modern, dengan perabotan yang sederhana namun nyaman. Kamar ini dilengkapi dengan tempat tidur double yang empuk, meja kerja, dan kamar mandi pribadi dengan shower. Selain pemandangannya yang menakjubkan, Kamar Puspa Langka juga menawarkan fasilitas-fasilitas yang lengkap. Di dalam kamar, te...

Berikut Bukti Kejayaan Kesultanan Aceh Pada Masa Sultan Iskandar Muda

BantulMedia.comBukti Kejayaan Kesultanan Aceh Pada Masa Sultan Iskandar Muda – Sejarah Kesultanan Aceh Darussalam berkembang pada era Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M). Kerajaan Islam yang berpusat di Kutaraja Bandar Aceh Darussalam (Banda Aceh) saat itu memiliki wilayah yang luas dan tentara yang kuat.

Berikut Bukti Kejayaan Kesultanan Aceh Pada Masa Sultan Iskandar Muda

Bukti Kejayaan Kesultanan Aceh Pada Masa Sultan Iskandar Muda

Aceh memiliki sejarah panjang sebagai salah satu situs kerajaan Islam awal di Nusantara. Di tanah Rencong, Kerajaan Samudera Pasai (1272-1450 M) dan Kesultanan Aceh Darussalam (1516-1700 M) terletak strategis di Semenanjung Malaya.

Kesultanan Samudera Pasai, kerajaan Islam pertama di Indonesia, berkembang pesat di Aceh. Namun, pada paruh kedua abad ke-14 M, Samudera Pasai mengalami kemunduran setelah diserang oleh kerajaan Majapahit.

Seiring dengan munculnya Kesultanan Malaka dan Kesultanan Aceh Darussalam pada abad ke-15 M sebagai pusat perdagangan di Selat Malaka, pengaruh Samudera Pasai semakin hilang.

Hingga akhirnya Portugis datang dan menaklukkan Malaka pada tahun 1511. Saat itu, pada tahun 1496, cikal bakal Kesultanan Aceh Darussalam mulai ada. Kehadiran kesultanan ini menggantikan posisi kekuasaan kerajaan Samudera Pasai di serambi Mekah.

Sejarah Kesultanan Aceh Darussalam

Raja pertama yang naik tahta Kesultanan Aceh Darussalam adalah Sultan Ali Mughayat Syah atau Raja Ibrahim. Selama 14 tahun (1514-1528) ia memerintah di kerajaan ini, yang merupakan gabungan dari kerajaan Lamuri dan kerajaan Aceh.

Kesultanan Aceh Darussalam terbentuk dari penggabungan dua kerajaan. Menurut buku Bustanussalatin karya Nuruddin Ar Raniri yang ditulis pada tahun 1636, Raja Lamuri kemudian menikahkan Ali Mughayat Syah dengan putri Raja Aceh.

Baca juga:

Menilik Kehidupan Masa Praaksara di Indonesia

Dari ikatan perkawinan ini, kedua kerajaan di tanah Rencong tersebut menyatu, melahirkan Kesultanan Aceh Darussalam. Pemimpinnya adalah seorang sultan dan berada di bawah Ali Mughayat Shah.

Sejak awal berdirinya, Kesultanan Aceh Darussalam telah mendasarkan prinsip negara pada ajaran Islam. Karenanya, kerajaan ini menjadi kerajaan atau kesultanan Islam, yang berkembang seiring pamor kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Nusantara yang mulai memudar.

Masa Kejayaan Kesultanan Aceh Darussalam

Kesultanan Aceh Darussalam mengalami masa kejayaan ketika diperintah oleh Sultan Iskandar Muda atau Sultan Meukuta Alam pada tahun 1607-1636 M. Iskandar Muda adalah pemimpin yang tegas melawan penjajah untuk melindungi wilayah dan rakyatnya.

Suatu hari, Raja James I dari Inggris meminta Sultan Iskandar Muda untuk berdagang di wilayah Kesultanan Aceh Darussalam. Permintaan itu tertulis dalam surat tertanggal 1615 M.

Namun, Sultan Sultan Iskandar Muda dengan tegas menolak. Dia paham betul misi Inggris di Aceh yang seharusnya menguasai semua sumber daya yang ada.

Baca juga:

Teori Islam di Indonesia Berasal Dari Gujarat, Benarkah?

Orang Portugis dan Belanda yang ingin mempengaruhi serambi Mekah juga mengalami penolakan serupa.

Di bawah komando Sultan Iskandar Muda, Aceh memiliki kekuatan militer yang kuat. Wilayahnya sangat luas. Selain itu, kesejahteraan masyarakat cukup sejahtera.

Menurut buku Aceh Through the Ages (1981) karya Mohammad Said, saat itu Kesultanan Aceh Darussalam berusaha merangkul daratan dan pelabuhan di sekitar Selat Malaka agar tidak tergiur bujukan bangsa asing.

Dari segi perdagangan, produk pertanian tidak dihargai murah untuk mendukung perekonomian kerajaan. Selain itu, bandara komersial utama didirikan dan lalu lintas asing dipantau.

Perluasan wilayah di bawah kekuasaan Sultan Iskandar Muda meliputi tanah-tanah di sekitar Semenanjung Malaya, antara lain Johor, Malaka, Pahang, Kedah, Perak hingga Patani (Thailand selatan). Sebagian besar Sumatera juga dikuasai. Semua ini tidak lepas dari penaklukan Darussalam oleh Kesultanan Aceh.

Angkatan bersenjata perang, terutama angkatan laut, lengkap dengan kapal-kapal canggih pada masanya. Kapal perang ini memiliki meriam yang siap berperang saat menghadapi musuh. Tentara memiliki puluhan ribu tentara, penunggang kuda dan pasukan gajah.

Kekuatan Kesultanan Aceh Darussalam sangat diperhitungkan saat itu. Portugis sudah menyerah. Belanda yang datang kemudian akhirnya memilih daerah lain seperti Jawa dan Maluku.

Inggris juga mempersulit masuknya ke Aceh. Padahal, Kerajaan Inggris telah menjalin hubungan baik dengan Kesultanan Aceh pada periode sebelumnya.

Reruntuhan dan peninggalan Kesultanan Aceh Darussalam

Sepeninggal Sultan Iskandar Muda yang wafat pada 27 Desember 1636, Kesultanan Aceh melemah di tangan para penerusnya, demikian menurut situs Pemerintah Provinsi Aceh.
Kesultanan Aceh perlahan kehilangan wibawa dan mulai terpengaruh oleh bangsa lain. Barat mulai menguasai Aceh dengan ditandatanganinya Traktat London dan Sumatera.

Pada tanggal 26 Maret 1873, Belanda menyatakan perang terhadap Kesultanan Aceh dan Perang Sabi berkecamuk selama 30 tahun. Banyak jiwa yang menjadi korban.
Akhirnya Sultan Aceh yang terakhir, Sultan Muhammad Daud Syah, mengakui kedaulatan Belanda di Aceh.

Sejak saat itu, wilayah Aceh secara administratif menjadi milik Hindia Belanda (Nederlansch Oost-Indie), yang kemudian menjadi Hindia Belanda, nenek moyang Indonesia.

Peninggalan Kesultanan Aceh Darussalam masih ada sampai sekarang.

Beberapa di antaranya adalah Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Taman Sari Gunongan, Benteng Indra Patra dan Meriam Kesultanan Aceh.

Selain itu, juga terdapat masjid kuno Indrapuri, makam Sultan Iskandar Muda, koin emas kerajaan Aceh, tanda Sikureung, kerkhof, pedang Aman Nyerang, dan berbagai naskah sastra.

Kesimpulan

Demikianlah penjelasan tentang – Bukti Kejayaan Kesultanan Aceh Pada Masa Sultan Iskandar Muda – yang perlu Anda ketahui. Sejarah panjang di Kesultanan Aceh Darussalam menjadi bukti perjuangan para pahlawan mempertahankan wilayah Nusantara.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gudeg Bromo Bu Tekluk: Nikmatnya Kuliner Di Sleman

Gudeg Bromo Bu Tekluk: Nikmatnya Kuliner di Sleman Gudeg Bromo Bu Tekluk merupakan salah satu kuliner legendaris di Sleman, Yogyakarta. Warung makan ini sudah berdiri sejak tahun 1960-an dan hingga kini masih ramai dikunjungi oleh para pecinta kuliner. Gudeg Bromo Bu Tekluk terkenal dengan cita rasanya yang khas dan gurih, serta menggunakan bahan-bahan berkualitas tinggi. Sejarah Gudeg Bromo Bu Tekluk Gudeg Bromo Bu Tekluk didirikan oleh seorang wanita bernama Tekluk pada tahun 1960-an. Tekluk memulai usahanya dengan berjualan gudeg di pasar tradisional. Namun, karena gudeg buatannya yang lezat, Tekluk akhirnya memutuskan untuk membuka warung makan sendiri. Warung makan Gudeg Bromo Bu Tekluk pertama kali dibuka di daerah Bromo, Sleman. Seiring berjalannya waktu, Gudeg Bromo Bu Tekluk semakin dikenal dan ramai dikunjungi oleh para pecinta kuliner. Bahkan, warung makan ini pernah dikunjungi oleh beberapa pejabat negara, termasuk Presiden Joko Widodo. Keunikan Gudeg Bromo Bu Tekluk Gudeg ...

Kamar Puspa Langka: Pengalaman Menginap 360° Di Puspa Jaya Backpacker

Kamar Puspa Langka: Pengalaman Menginap 360° di Puspa Jaya Backpacker Di tengah hiruk pikuk kota, tersembunyi sebuah tempat yang menawarkan pengalaman menginap yang unik dan tak terlupakan. Puspa Jaya Backpacker, sebuah hostel yang terletak di jantung kota Jakarta, menghadirkan Kamar Puspa Langka, sebuah kamar dengan pemandangan 360° yang memukau. Kamar Puspa Langka terletak di lantai paling atas Puspa Jaya Backpacker, dengan jendela-jendela besar yang mengelilingi seluruh ruangan. Dari jendela-jendela tersebut, Anda dapat menikmati pemandangan kota Jakarta yang menakjubkan, mulai dari gedung-gedung pencakar langit hingga lalu lintas yang ramai. Kamar Puspa Langka didesain dengan gaya minimalis dan modern, dengan perabotan yang sederhana namun nyaman. Kamar ini dilengkapi dengan tempat tidur double yang empuk, meja kerja, dan kamar mandi pribadi dengan shower. Selain pemandangannya yang menakjubkan, Kamar Puspa Langka juga menawarkan fasilitas-fasilitas yang lengkap. Di dalam kamar, te...

Air Terjun Lepo: Main Seru Di Alam Terbuka Gunungkidul

Air Terjun Lepo: Main Seru di Alam Terbuka Gunungkidul Gunungkidul, sebuah kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, terkenal dengan keindahan alamnya yang memukau. Salah satu destinasi wisata alam yang wajib dikunjungi di Gunungkidul adalah Air Terjun Lepo. Air terjun ini terletak di Desa Lepo, Kecamatan Gedangsari, Gunungkidul. Untuk mencapai Air Terjun Lepo, pengunjung harus menempuh perjalanan sekitar 1 jam dari pusat kota Wonosari. Akses jalan menuju air terjun ini cukup baik, sehingga dapat dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat. Namun, perlu diperhatikan bahwa jalan menuju air terjun ini cukup curam dan berkelok-kelok, sehingga perlu berhati-hati saat berkendara. Setelah sampai di lokasi parkir, pengunjung harus berjalan kaki sekitar 15 menit untuk mencapai Air Terjun Lepo. Jalur menuju air terjun ini cukup mudah dilalui, meskipun ada beberapa bagian yang sedikit menanjak. Sepanjang perjalanan, pengunjung akan disuguhi pemandangan alam yang indah, berupa hamparan sawah...